-->

Kamis, 11 Januari 2018

Review ke 7: Fitrah Seksual

Tantangan yang dihadapi saat ini berkaitan dengan gender
1. Terlalu cepat matang / dewasa > fenomena anak-anak yang memanggil “pacarnya” dengan sebutan papa mama, umi abi, ayah bunda > melakukan perbuatan yang seharusnya belum boleh mereka lakukan. > terlalu berani dan vulgar mengungkapkan perasaan pada lawan jenis
2. Terlambat dewasa >  Cinderella complex >  Tidak mandiri dan bertanggung jawab 3. Timpangnya peran ayah dan ibu dalam rumah tangga 4. Penyimpangan perilaku seksual (LGBT) 5. Merebaknya konten pornografi

Solusi
1. Sesuaikan bacaan, tontonan dan mainan berdasarkan umur dan jenis kelamin
2. Orangtua hendaknya menjadi sahabat bagi anak-anak. Sehingga aap yang mereka alami dan rasakan selalu diceritakan pada ayah ibu.
3. Peran ayah bukan semata pencari nafkah, namun harus mampu menjadi pemimpin dan teladan bagi keluarganya.
4. Pembagian peran yang seimbang antara ayah dan ibu.
5. Memberi pemahaman yang tepat tentang perbedaan jenis kelami
6. Ajarkan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan terhadap kesucian anak-anak serta resikonya.
7. Upgrade terus pengetahuan kita sebagai orangtua, mantapkan fitrah keimanan pada anak dan dilanjutkan fitrah seksualitas dengan meluangkan waktu dan memanfaatkan teknologi.
8. Tuntunan sesuai ajaran agama akan menyelamatkan anak-anak dari perbuatan tercela.

Apa itu Fitrah Seksualitas?
◦ Fitrah* : sifat asal; kesucian; bakat; pembawaan ◦ Seksualitas* : ciri/sifat/peranan seksFitrah seksualitas adalah fitrah yang ada pada setiap manusia sehubungan dengan jenis kelamin, kodratnya dan tanggungjawabnya sesuai dengan gender yang dimilikinya. Bagaimana seseorang berpikir, merasa dan bersikap sebagai lelaki atau perempuan sejati.
Mengapa penting untuk dibangkitkan?
◦ Seberapa pentingkah untuk kita bangkitkan?*Sangat penting mengingat manfaatnya yaitu saat anak-anak akan mampu membedakan laki-laki dan perempuan. Selain itu bisa mengenali bagian tubuh genital dan sistem reproduksi sekaligus perubahan2 fisiologis yang terjadi.Fitrah ini cukup berpengaruh dalam kehidupan seseorang ketika dewasa. Untuk membentuk generasi yang kuat, diperlukan peran manusia sesuai fitrah seksualitas yang dimiliki. Bapak harus berperan sebagai imam, pemimpin yang bisa medidik dan membimbing . Kodrat lelaki sebagai ayah adalah pelindung, pemimpin sekaligus pendidik yang shaleh. Ibu harus bisa menjadi sosok yang penuh cinta, tempat bersandar ◦ seluruh anggota keluarga dan memgasuh putra putrinya dengan penuh kasih sayang. Kodrat perempuan sebagai ibu adalah penuh kelembutan, welas asih dan teman berbagi yang menyenangkan.
Bagaimana Menyelamatkan Generasi Yang akan datang? ¤ Jadilah sahabat bagi anak
Tantangan utama untuk mengajarkan fitrah seksualitas pada remaja bila kita tidak dekat dg anak2 kita. Bagaimana mereka akan mendengarkan kita bila kita tak punya waktu buat mereka? Bagaimana mereka percaya kita bila kita mudah curiga pada mereka? Bagaimana mereka menjadikan kita sahabat tempat curhat dan bertanya segala sesuatu sedangkan kita terlalu sibuk buat sekedar menyapa dan memeluk? Ibu... Ayah… Jangan banyak menasehati, perbanyak waktu mendengar. Jangan terlalu sering ngomel sampai kadang lupa memuji.
◦ ¤ Jauhkan anak dari tontonan buruk ◦ Lihatlah ketika kiblat mereka ada di sinetron, youtube, film, drama korea. Dan yang mereka jadikan idola bukan lagi  melainkan seseaktor atau seseartis yang gaya hidupnya saja bubrah. ◦ Ibu, Ayah... Jangan jadikan generasi anak-anak kita tanpa pegangan, gampang tertiup angin perubahan hingga kadang hampa. ◦ Fenomena anak-anak yang meniru persis adegan sinetron dan film sudah sangat mengkhawatirkan. Adanya bullying bahkan di setingkat TK, pacaran yang terlalu lebay yang sebenarnya mereka tidak boleh. Akibatnya pergaulan bebas merajalela dan bisa diduga kerusakan yang terjadi.
Penutup
◦ Semoga apa yang kami smpaikan bisa menggugah kesadaran kita sebagai ibu, orangtua yang bertanggungjawab atas fitrah seksualitas anak untuk mau berbenah. Peran kita menentukan masa depan anak-anak. ◦ Tak ada yang mudah dan instan dalam mengasuh anak. Butuh perjuangan dan semangat dalam menjalaninya. ◦ Anak adalah amanh, tanggungjawab orangtua yang kelak akan diminta laporannya oleh Sang Pemilik. Bukan gurunya, bukan sekolahnya apalagi temannya. Kitalah yang berkewajiban atas anak kita. ◦ Seperti kata Ust. Harry Santosa penulis buku FBE : lebih baik kita repot mengasuh anak saat umur 0-15thdaripada kita sibuk memperbaiki ketika sudah 15 th keatas.  (Begitu menurut sepemahaman kami)



Pemaparan ttg fitrah seksualitas sebenarnya sudah kita sadari..
Tp sy masih ada kesulitan menularkan pemahaman tsb ke keluarga besar.

Ttg kemandirian misalnya,

 sy tumbuh di keluarga yg 'orang tua' berusaha melayani anak. Bahkan saat semua anaknya sudah berkeluarga jg.

Nah, bagaimana caranya agar bisa menyampaikan hal tsb.

Ada yg mau berbagi?

Mb nani... Menurut saya..
Mengontrol/merubah diri sndr dan "hidup kita sendiri" saja sudah jatuh bangun effortnya..

Apalagi mengubah orang lain. Almost impossible

Terkait dgn pola asuh ortu yg 'menurut kita' kurang ideal,  (in my opinion) kita hanya bisa nerimo dan memaafkan ortu atas pola asuh tsb.
Lalu berusaha memutus rantai tsb dg berusaha tidak melakukan kesalahan yg sama.

Seperti kata mb intan n mb tanty. Yang terbaik adalah memberi contoh saja.

Perihal saudara2 yg tidak mandiri...
Saya pribadi selalu percaya ada saat terindah utk segala hal.
Semua akan indah pada waktunya
Dan waktu terindah bagi tiap org bisa berbeda

Untuk mb nani n suami yg tinggal merantau, mungkin alloh qodar bhw sekarang lah waktu terindah untuk mandiri.. Sangat patut disyukuri

Untuk saudara2 mb nani yg belum diqodar mandiri sm alloh,,, insyaallah mereka punya waktu terindah mereka sendiri nanti. Entah kapan.. πŸ™πŸ»πŸ™πŸ»πŸ™πŸ»

 
 
 
#Tantangan10Hari
#Level11
#KuliahBunsayIIP
#MembangkitkanFitrahSeksualitasAnak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar