-->

Selasa, 27 Mei 2014

Disiplin dengan Kasih Sayang

                   
Sumber:di sini 
 
Ketika mendengar kata disiplin, biasanya yang tergambar adalah suasana yang kaku, serba teratur, dan hukuman. Betul kan, moms?
Sesi terakhir dari rangkaian Seminar Pengasuhan Anak bersama Supermom membahas tentang Disiplin dengan Kasih Sayang. Materinya baguuuuuuuuuuuuuuusss banget! Eh beneran nih, karena di sesi ini pemikiran kita sebagai orangtua (yang dulunya anak-anak) mengenai makna disiplin terbuka lebar.  Saya share poin-poinnya ya ….
  • Disiplin merupakan masalah paling rumit di dunia. Kenapa? Karena antara ibu dan bapak saja sering ada perbedaan pendapat mengenai masalah kedisiplinan. Ibu ingin anaknya bangun pagi, sementara sang bapak selalu bangun siang. Bapak ingin anak sekolah dan belajar matematika, sementara ibu ingin anak lebih terampil menari, dan lain sebagainya. Selain itu, orangtua juga kadang merasa bingung sejauh mana kewenangan mereka terhadap anak. Perlu diingat, anak adalah titipan Tuhan, jadi harus dijaga sebaik-baiknya.
  • Ada orangtua yang menerapkan sistem hukuman dan hadiah (reward and punishment). Diungkapkan oleh Ibu Elly Risman, cara ini ternyata hanya efektif untuk anak-anak di bawah usia 7 tahun. Tapi, cara ini tidak mampu membuat anak disiplin, karena datangnya dari luar dan tidak memberikan anak kesempatan untuk membuat pilihan serta belajar tangung jawab.
  • Hukuman memberikan garansi bahwa hubungan anak dan orangtua adalah berdasarkan rasa TAKUT semata, bingung, benci dan marah. Hukuman sekecil apa pun dapat merusak harga diri anak karena biasanya menyakiti secara fisik (cubit, sentil, pukul) atau jiwa anak (perkataan, caci maki, bentak). Ingat sekali lagi ya moms, anak itu hanya titipan. Masa dia datang ke kita dengan begitu indahnya, dikembalikan dengan kondisi rusak?
  • Di atas usia 7 tahun, hubungan anak dan orangtua seharusnya menjadi teman. Tapi bagaimana mungkin jadi teman, kalau saat di bawah usia 7 tahun anak kerap mendapat hukuman?
  • Sebagai orangtua, pasti kita ingin anak patuh terhadap peraturan yang kita buat atau hal-hal yang kita inginkan. Tapi, memaksa anak untuk patuh sama kita juga efeknya akan membuat anak tidak belajar berpikir apa yang baik untuk dirinya sendiri, tidak bisa membuat keputusan serta di masa depan anak hanya akan jadi pengikut, bukan pemimpin.
  • Bedakan disiplin dengan hukuman ya, mom and dad. Disiplin adalah membantu anak membangun kontrol dalam dirinya, memberikan anak kesempatan untuk memperbaiki diri serta yang paling penting, membuat anak bertanggungjawab terhadap perbuatannya.
  • Sementara hukuman hanya akan menunjukkan pada anak bahwa ia nakal. Hukuman juga seringkali tidak masuk akal bagi anak dan tidak berhubungan dengan kelakuan anak. Misalnya anak memecahkan kaca, dihukum tidak boleh main sepak bola, di mana sepak bola adalah hobi si anak. Hal ini tidak menjelaskan pada anak, apa yang seharusnya dilakukan.
  • Kalau sistem pemberian hadiah jika anak berkelakuan manis hanya akan membuat anak mengharapkan ‘pembayaran’ atas kerjasamanya. Hadiah mengajarkan anak agar bertingkahlaku tertentu untuk mendapatkan sesuatu, bukan untuk kerjasamanya. Kalaupun orangtua ingin memberikan hadiah, berikan setelah anak melakukan sesuatu. Karena jika dijanjikan di awal, maka  anak akan melakukannya karena hadiah tersebut. Misalnya, menjanjikan anak games terbaru jika ia mau mengerjakan PR, ini hanya akan membuat anak merasa bahwa mengerjakan PR bukanlah tanggungjawabnya.
  • Kenapa sih anak suka ‘nakal’ atau tidak berkelakuan seperti yang kita harapkan? Jangan sedih dulu mom, kenali MENGAPA mereka melakukan itu. Ada kalanya mereka memang belum mampu, capek, mengantuk, ingin unjuk diri, aturan yang tidak jelas buat mereka, meniru orangtua *ahem*, merasa dirinyatidak berharga, atau bahkan melindungi dirinya sendiri. Jadi, kenali dulu alasan mereka melakukan sesuatu ya, ingat caranya? Buka contekan di artikel sesi 1 tentang Teknik Komunikasi dengan Anak ….
  • Pada manusia, alur  tingkah laku itu emosi –> pikir –> aksi. Tapi pada anak-anak (terutama di bawah 5 tahun) sambungan otak mereka belum sempurna. Sebagian tingkah laku mereka didorong oleh perasaan atau emosi. Jadi, sebelum menghukum anak, pikirkan perasaan mereka, kenali latar belakang mengapa mereka melakukan sebuah aksi tertentu.
  • Ada 2 aspek perasaan anak yang harus diperhatikan. Pertama, perasaan apa yang mendorong perbuatan anak. Misalnya, rasa ingin tahu, capek, dan lain sebagainya. Kedua adalah bagaimana perasaan anak setelah proses pendisiplinan terjadi. Proses pendisiplinan tidak akan berguna jika selama proses anak merasa terhina, bodoh atau takut. Hargai perasaan anak, jangan mentang-mentang dia anak kecil (jadi sering dianggap tidak tahu apa-apa), lalu kita tidak memikirkan perasaannya.
  • Kenapa sih dari tadi bicara soal perasaan terus? Perasaan adalah indikator yang sangat penting tentang apa yang terjadi. Jika orangtua bisa memperlihatkan perasaan, maka anak akan terbantu untuk memerhatikan perasaan mereka sendiri sehingga anak menyadari perbedaan antara pikiran dan perasaan.
  • Jika anak sejak kecil mampu mengenali perasaannya, ia akan tumbuh menjadi manusia yang peduli dengan perasaan orang lain dan penuh empati.
  • Cara membantu anak untuk disiplin antara lain, kita sebagai orangtua harus terus menerus menjelaskan apa yang mereka lakukan, mengajarkan anak merespon perintah lisan, sering mengajukan pertanyaan yang membantu mereka untuk berpikir serta menamakan perasaan.
  • Jadi saat anak melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan harapan, misalnya anak terus menerus berlari di dalam rumah (biasanya kita takut anak jatuh atau menabrak meja dst) adalah; hentikan kegiatan anak, lalu tanyakan anak sedang apa sehingga ia berpikir dan menjawab, setelah itu identifikasi kenapa anak melakukan itu (misal: ternyata dia sedang gembira atau baru menguasai berlari), terakhir baru ibu atau bapak bertindak:  harus dihentikan atau bagaimana? Jangan impulsive ya, mom.
  • Lalu, apakah anak harus dibiarkan tanpa aturan? Tentu saja tidak! Tapi ada caranya, yaitu aturan harus dibuat berdasarkan kepedulian dan rasa cinta, batasan dalam membuat aturan harus jelas dan masuk akal, libatkan anak dalam membuat peraturan serta konsisten.
  • Dalam menerapkan aturan, selain harus konsisten, kita harus memberikan penjelasan pada anak dan yakin bahwa anak mengerti apa yang kita maksud, hargai perasaan anak dan ceritakan mengenai konsekuensi. Oh ya, balita juga butuh tahu konsekuensi lho! Konsekuensi ada dua, yaitu logis dan alamiah. Contoh konsekuensi alamiah adalah “Nanti kalau tidak makan kamu akan lapar”, sementara contoh konsekuensi logis adalah “ Kalau tidak makan bersama nanti tempe favorit kamu habis”.
Seminar sesi terakhir ini memang materinya panjang banget tapi menurut saya pribadi, sangat bermanfaat untuk saya terapkan ke Langit. Terima kasih Ibu Elly Risman dan Supermoms yang telah mengadakan rangkaian seminar pengasuhan anak, ditunggu seminar-seminar berikutnya ya!

Putusan Hukum Anak & Remaja Harus Pertimbangkan Perkembangan Otak

Putusan Hukum Anak & Remaja Harus Pertimbangkan Perkembangan Otak                
Sumber: di sini
 
Konferensi Internasional "Adolescent Brains and Juvenile Justice" di Arizona bulan Mei lalu mengundang para ahli otak dan hukum dari berbagai negara bagian di Amerika Serikat. Para panelis mempresentasikan penelitian mereka tentang perkembangan otak anak dan remaja yang dapat membantu pengambilan keputusan peradilan anak dan remaja yang terlibat kasus hukum.
Persoalan hukum anak remaja selalu menjadi hal yang banyak diperbincangkan. Menurut para ahli, pelaku kejahatan dibawah umur seharusnya bukan dibebaskan tanpa jerat hukum, namun sebaiknya disesuaikan dengan usia perkembangannya.
Panelis Jay Giedd, kepala bagian Brain Imaging di Child Psychiatry National Institute of Mental Health, menjelaskan bahwa hukuman penjara dapat menimbulkan masalah yang lebih besar bagi anak karena otak mereka masih terus berkembang hingga umur diatas dua puluh tahun, dan otak remaja sangat berbeda dengan orang dewasa.
Apabila perlakuan hukum yang diterima sama dengan hukuman orang dewasa, berarti kita memberi stimulasi perkembangan otak yang kurang baik karena memaksakan anak menghadapi persoalan seperti orang dewasa. Pernyataan menarik yang diungkapkan oleh Prof. Giedd ini menggarisbawahi betapa pentingnya menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak dan remaja yang positif dan sehat.
Keluarga menjadi tempat pertama bagi anak belajar dan mengembangkan cara berpikir kritisnya. Ini berarti peranan orangtua dalam mendidik dan mengasuh anak sangat penting, terlebih dengan pola pengasuhan yang benar. (PS/ykbh)

MEMBUAT JEMBATAN HATI dengan KOMUNIKASI CINTA

 
MEMBUAT JEMBATAN HATI dengan KOMUNIKASI CINTA
Sumber: di sini
 
Seorang nenek, Diana,  berusia 79 tahun merasa kesepian di rumah sendiri. Semua anaknya yang berjumlah 4 orang, tidak ada satupun yang peduli padanya. Mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing. Bahkan bila ia menghubungi dengan telpon pun mereka hanya menjawab singkat, dan segera meminta ia untuk berhenti menelpon karena segera akan dikirim uang. Ya.. mereka semua memang selalu mengiriminya uang dan menganggap bahwa hanya itu yang ia perlukan. Padahal ia lebih membutuhkan kehadiran dan kehangatan putra-putrinya daripada sekedar kiriman bulanan..  Ia ingin sekali diajak mengobrol, didengar ceritanya atau sekedar di peluk mereka...

Ia mulai mengingat masa lalu, dan menyesali apa yang telah ia lakukan terhadap anak-anaknya ... Saat mereka membutuhkan kehadirannya, ia sibuk dengan pekerjaannya tanpa memberikan waktu untuk bercengkrama dengan anak-anak. Bahkan saat anak-anak ingin bicara, ia lebih banyak mengabaikan, dengan lebih banyak memberi instruksi daripada memahami perasaan  mereka.. Hanya satu yang ia inginkan, mereka semua PATUH dan BERPRESTASI.

Kini apa yang ia dapatkan? Mereka memang sukses, menempuh pendidikan tinggi dan berhasil dalam karir..

Namun tidak mempedulikan dirinya, dalam kerentaan, sendiri.. bahkan mereka berani menghardiknya, dan hanya menghargai dengan materi /uang belaka...
Ia merasa iri dengan temannya, (Ratih, 78 tahun)  yang sudah tua juga, tetapi selalu mendapat perhatian dari putra-putrinya. Setiap pekan selalu berkumpul dan  dijenguk oleh ananda dan para cucu. Bahkan setiap hari selalu mendapat telpon mesra menanyakan keadaannya. Peluk cium selalu hadir setiap kali mereka mengunjungi sang nenek. Bukan hanya itu, mereka tidak pernah membiarkan nenek yang sudah tua kesepian dalam kesendiriannya..

Apa yang sudah dilakukan Ratih- temannya, yang tidak dilakukan olehnya...

Ditengah kesibukkan Ratih bekerja dan sebagai ibu rumah tangga, ia selalu menyiapkan waktu untuk berkumpul dengan keluarga. Mendengarkan keluhan mereka dalam suka dan duka. Apa yang dirasakan anak dan suaminya, ia coba pahami dengan mencoba mengenali bahasa tubuh dan perasaan mereka. Ratih mencoba menjadi cermin bagi perasaan anak-anak dan suami, sehingga mereka merasa di dengar, diterima dan dipahami..

Saat akan memberi pesan, Ratih pun berusaha untuk menggunakan pesan Saya, tanpa menyalahkan, menggurui atau merendahkan, seperti Gaya Komunikasi Populer yang biasa dilakukan ibu-ibu yang lain. Ia lebih memilih untuk mengajak anaknya berdialog, berpikir dan memilih dan memutuskan sendiri, dengan arahan yang di berikan. Senyuman, pelukan dan penghargaan lebih ia berikan daripada instruksi, hardikan atau celaan.

Dan kini pun ia melihat hasilnya..

Andai dulu ia ikut mempelajari bagaimana seharusnya berkomunikasi dengan anak, yang bukan sekedar membuat anak menurut, tetapi membuat kedekatan hati dan kemampuan berpikir kritis serta kecerdasan emosi anaknya, mungkin sejak dulu ia sudah bisa membangun JEMBATAN HATI dengan anak-anaknya, sehingga kini ia bisa merasakan apa yang dirasakan Ratih temannya, dalam kehangatan keluarga.

Ingin ia mengatakan pada anak cucunya, agar mau mengubah cara pengasuhan dengan anak-anak mereka. Agar mereka mulai menggunakan komunikasi yang benar, baik dan menyenangkan....agar tumbuh generasi yang bukan hanya cerdas dalam berpikir, tetapi juga cerdas emosi dan
cerdas hati.

Apalagi saat ini semakin banyak tantangan yang dihadapi generasi muda, dengan segala problema dan tuntutan kehidupan yang makin tinggi. Tentu saja anak-anak menjadi makin membutuhkan kehangatan dan dukungan keluarga. Kehadiran ayah-ibu bukan hanya secara fisik tetapi juga mempunyai pengetahuan dan ketrampilan untuk mengasuh dengan benar, baik dan menyenangkan.

Masa lalu yang kurang menyenangkan harus segera diubah agar persepsi negatif tidak menjadi kendala dalam pengasuhan. Yang dulu mendapat kekerasan, jangan menjadi alasan untuk berlaku keras juga pada anak, atau sebaliknya menjadi “kurang tegas”dan serba boleh.

Yang dulu banyak diabaikan,  tidak kemudian mengabaikan juga.. atau terlalu menuntut untuk hal-hal yang pernah menjadi impiannya, untuk dibebankan pada ananda.
Sadarilah setiap anak adalah unik, mereka adalah bintang terang yang memiliki cahaya nya sendiri. Kita hanya perlu memberi ruang untuk terangnya dan mengatur jarak agar tidak menutupinya tetapi tidak juga meninggalkannya.

Kita hanya perlu membiasakan berinteraksi dengan hati bersamanya, agar ia pun belajar menggunakan hati untuk berinteraksi nantinya.

Kita hanya mencontohkan kepedulian kita pada perasaan dan masalah yang mereka hadapi, agar ia pun menjadi peduli pada lingkungannya.

Kita hanya menyapanya dengan santun dan lembut agar ia tak jadi congkak dan pemberang.

Kita hanya perlu lebih banyak bertanya daripada memberi instruksi tanpa kesempatan dialog, agar ia mampu berpikir kritis, memilih dan memiliki kemampuan untuk memutuskan dan menyelesaikan masalah di kemudian hari.

Itulah yang ingin ia sampaikan pada anak cucunya, agar menyesal seperti yang ia rasakan saat ini.

Andai dulu ia tahu komunikasi yang ia lakukan pada anak-anaknya jauh lebih berharga daripada harta dan benda-benda yang ia berikan kepada mereka. (Perwitasari, Psi)

Rabu, 14 Mei 2014

Semua Hal Berawal Dari Keluarga

Sumber: Di sini
 
Ayah katakan pada anak perempuanmu: "engkau kebanggaan ayah, buah hati ayah, jaga diri dan tubuhmu baik2 ya nak. tidak ada yg boleh menyentuhmu seujung rambutpun... jika ada yang sampai menyentuhmu, ayah akan kejar dia sampai ke ujung dunia manapun! tolong ingat pesan ayah ya nak..."

Ibu sampaikan pada anak laki-lakimu: "nak, jaga tanganmu dari ...menyentuh siapapun... ibumu ini perempuan nak, apakah engkau rela jika ada orang yang sembarangan menyentuhnya? ibu tidak bisa selalu melihatmu, tapi ingat bahwa Allah selalu melihatmu..."

ayah ibu, semua ini hanya bisa dikatakan, dari hati ke hati, bukan dng emosi, dan ini efektif jika bonding antara anak dan ortu terjalin dengan baik sejak dini.. namun tdk pernah ada kata terlambat...dan ingatlah Allah lah pemegang hati para hamba-Nya..

semua hal berawal dari keluarga..

tempatkan ayah kembali ke kursi kehormatannya, sebagai penentu kebijakan dan hormati setiap pendapatnya...

dan wahai ibu, belajarlah tentang pola komunikasi (dengan anak laki-laki dan perempuan), pelajari perbedaan otak mereka.

Maha Baik dan Indah Allah SWT yg mengingatkan kita tentang pentingnya menjaga pandangan dan kemaluan dalam kitab-Nya..

dari aspek neuroscience: pandangan yg tak terjaga (dlm hal2 yg diharamkan) akan otomatis merusak otak. otak yg rusak, akan menyebabkan perilaku kita mjd binatang dan tak kan mampu menjaga kemaluan...

hentikan menghujat siapapun. kembali lah ke rumah, dan nilai apakah kita sdh mjd orgtua terbaik untuk anak-anak kita, sehingga mereka layak memikirkan kita sebelum mereka bertindak amoral...

Indonesia negara tercinta kita, menjadi pangsa pasar terbesar bagi industri pornografi, dan lihatlah, narkoba sdh luar biasa merajalela...

actually we can't do much work, but keep going... karena semua berawal dari rumah...

parenting is about wiring, so look at to your self...


Kamis, 08 Mei 2014

Poto-poto Ihsan

















Selasa, 06 Mei 2014

Kelahiran Ihsan

Waktu tadi ibu shalat subuh ada yang aneh waktu duduk kok keluar terus kaya cairan ompol mungkin ya pikir ibu waktu itu, ditahan-tahan karena males kalo harus diulang lagi, pas beres ibu berusaha rebahan yang ada rembes lagi, coba berdiri ternyata berhenti, waktu itu sempet BBman di grup nanya ada yang pernah rembes ketuban gak?

Saking parnonya ya sudah bangunin ayah buat tau lebih jauh sama telp kedawat daruratan, yang jawab mesin, si ayah berusaha nenangin supaya gak panik, nanti katanya agak pagian telp lagi.

Ibu juga berusaha memulai aktifitas pagi dengan masak, dan beres-beres rumah, yang ada pas ke kamar mandi keluar lendir putih banyak, langsung ibu minta ayah telp lagi, pas nyambung sama CSnya disuruh langsung diobservasi ke RS. Kita perginya setelah semua pekerjaan rumah beres, takut nanti gak repot ayah kalo harus bolak-balik RS.

Sampai RS sempet registrasi lama karena misscom, tapi akhirnya bisa rebahan juga di ruang observasinya, enaknya gak langsung diinfus meski udah dipasang kabel buat CTG, tapi ibu masih bisa ke toilet, yang bikin lama buat lahiran karena tadi sempet makan kue onde yang kecil yang mana kata nursenya nunggu perut kosong dulu buat lahirannya. Eh tapi kenapa waktu mbak puji dating petugas cleaning service bilang karena beelum dapat kamar ang kosong.

Alhamdulillah teman-teman di sini semuanya membantu waktu ibu lahiran, tanpa diminta mereka bergiliran datang untuk menunggu dan menjaga anak-anak, yang tadinya ayah gak mau nungguin ibu lahiran akhirnya mau masuk ke ruang oprasi buat nungguin tapi gak bisa rekam sesuai yang obgin bilang.

Tepat pukul 4.17 sore waktu Eastern Ihsan lahir dengan berat 6 lbs =2.7215542200000002kg 15,5 oz=0.4394176084375kg panjang 20 inches = 50,8 cm

Ibu dan ayah kasih nama IHSAN AULIA RAKIN yang artinya Ihsan itu baik Aulia itu Pemimpin sedangkan Rakin itu Terhormat, mudah-mudahan doa menjadi pemimpin yang baik dan terhormat Aamiin.


Ini Poto-poto Ihsan waktu lahiran