-->

Jumat, 05 Januari 2018

Membangkitkan Fitrah Seksualitas Pada Anak Bagian 1

Membangkitkan Fitrah Seksualitas Pada Anak Bagian 1

Hari ini kelas bunda saya memasuki level 11 di mana kelompok membuat diakusi tersendiri dan membuat laporan hasil diakusi.

Membangkitkan fitrah seksualitas anak.

Setiap anak lahir dengan fitrahnya masing-masing.
Tugas orangtua adalah membangkitkan fitrah yang dimiliki anak, agar fitrah-fitrah tersebut mampu berkembang optimal.

Fitrah seksualitas adalah bagaimana seseorang berpikir, merasa dan bersikap sesuai dengan fitrahnya sebagai lelaki sejati atau sebagai perempuan sejati.
Pendidikan fitrah seksualitas tentu berbeda dengan pendidikan seks.
Memulai pendidikan fitrah seksualitas tentu pada awalnya tidak langsung mengenalkan anak pada aktivitas seksual, seperti masturbasi atau yang lainnya.

Ada tiga tujuan utama yang ingin dicapai pada pendidikan fitrah seksualitas ini.
1. membuat anak mengerti tentang identitas seksualnya.
Anak bisa memahami bahwa dia itu laki-laki ataupun perempuan.
Anak sudah harus bisa memastikan identitas seksualnya sejak berusia tiga tahun.
Orangtua mengenalkan organ seksual yang dimiliki oleh anak.
Ada baiknya dikenalkan dengan nama ilmiahnya, misalnya vagina pada perempuan atau penis pada laki-laki.
Mengapa harus nama ilmiah? Ini menghindarkan pada pentabuan.
Selama ini pembicaraan seputar seksuitas dianggap tabu oleh masyarakat.
Karena penjelasannya seringkali tidak secara ilmiah.
Hal yang tabu ini bisa mendorong anak untuk mencari-cari secara sembunyi-sembunyi.
Dan ini pada akhirnya akan memulai datangnya masalah penyimpangan seksual pada anak.
Orangtua harus menjadi pihak pertama yang secara jujur dan terbuka dalam menyampaikan hal yang berkaitan dengan organ seksual anak.
Sehingga anak akan mampu dengan jelas memahami identitas seksualnya.

2. mengenali peran seksualitas yang ada pada dirinya.
Anak mampu menempatkan dirinya sesuai peran seksualitasnya.
Seperti cara berbicara, cara berpakaian atau merasa, berpikir dan bertindak.
Sehingg anak akan mampu dengan tegas menyatakan "saya laki-laki" atau "saya perempuan".


3. mengajarkan anak untuk melindungi dirinya dari kejahatan seksual.
Ketika anak sudah lancar berbicara dan mulai berkativitas dengan peer groupnya di luar rumah, maka orangtua perlu mengajarkan tentang area pribadi tubuhnya.
Area pribadi tubuh adalah bagian tubuh yang tidak boleh dipegang oleh orang lain, kecuali untuk pemeriksaan atau untuk dibersihkan.
Hanya orangtua ataupun dokter yang boleh memegang area pribadi ini.
Ada empat area pribadi yaitu anus, kemaluan, payudara dan mulut.

Dengan demikian anak akan waspada kepada pihak-pihak yang akan melakukan kejahatan seksual padanya.



Referensi :
1. Harry Santosa, Fitrah Based Education
2. Watiek Ideo, Aku Anak Pemberani 1


Tidak ada komentar:

Posting Komentar