-->

Jumat, 21 September 2012

Mendisiplinkan Anak

Sumber: di sini

Setiap anak mempunyai kecenderungan sikap yang alami dan berbeda-beda dalam tumbuh kembangnya, orang tua harus memahami sikap alami ini, juga belajar menyesuaikan cara mendisiplinkan sesuai dengan umur, karena kalau tidak dikawatirkan justru hasilnya berkebalikan, bukankah tujuan dari mendisiplinkan supaya anak berkarakter baik.

Usia anak 0-18 bulan

Setiap bayi lahir dengan tidak berdaya ia sangat bergantung pada orang tua atau orang dewasa disekitarnya, bayi ingn selalu mendapat kehangatan, dekapan dan rasa nyaman, ada tujuan kenapa Tuhan membuat demikian yaitu agar si anak menjaadi mahluk prososial. Rasa hangat, cinta dan aman pada usia ini harus didapat oleh sang bayi, menangis adalah cara bayi menyampaikan ketidak nyamanannya, maka responlah dengan penuh kasih sayang maka bayi akan merasa nyaman, masa inilah fondasi bagi pribadi yang proporsional karena apapun yang diterima anak dari ibunya itu menjadi fondasi anak yang sedang berkembang.

Usia 18 bulan-3 tahun

Tahap ini anak menjadi pribadi yang mandiri dan cenderung egois dan anak juga cenderung keras kepala, kata yang sering muncul adalah: “tidak“, “tidak mau“, “aku saja“, “ini punyaku“, ini kata sering dipakai anak, sikap ini sebenarnya anak ingin menunjukan pada orang tua dan linkungannya : “saya ingin belajar melakukan sendiri, cara saya atau saya ingin mencoba“, orang tua jangan bersikap otoriter agar anak belajar percaya diri dan mandiri, dan tidak perlu kawatir dengan sikap anak diusia ini karena akan hilang dengan sendirinya, namun kenalkanlah anak dengan konsep berbagi, menghormati hak orang lain dengan cara menasehati penuh kasih sayang dan kesabaran, berilah anak kesempatan anak melakukan apa yanga anak inginkan kecuali hal itu tidak pantas dan membahayakan.

Orang tua bisa mendisiplinkan anak tanpa harus dengan kekerasan, karena kalau dengan kekerasan anak justru akan membantah, kaku dan merasa tidak dihargai pendapatnya dan anak akan tumbuh menjadi pribadi yang tidk bisa menghargai orang lain, orang tua tidak diperbolehkan menerapkan pendidikan otoriter pada anak, galak dan tanpa kompromi, Jika anak biasa dibentak ia akan sulit menerima perintah orang tua, pola pikir yang keliru bila dengan cara kasar anak akan menurut, memang sepertinya memang membuat anak berhenti tetapi tidk membuat anak merasa bersalah dan akibatnya bisa menumpulkan hati nurani anak, padahal kita tahu bahwa hati nurani adalah instrument penting tempat tumbuhnya rasa penyesalan ketika berbuat salah.

Dampak dari cara pendisiplinan dengan cara yang keras pada kejiwaan anak

1. Anak apabila diperlakukan keras dan terbiasa dengan kekerasan ia akan belajarkan segala sesuatu.

2. Akan timbul rasa marah dan dendam pada anak jika sering dibentak atau dipukul, bukan rasa bersalah.

3. Anak berpikir bahwa bentakan atau pukulan adalah harga yang telah ia bayar karena perbuatan salah yang telah ia lakukan.

4. Orang tua akan bergantung pada bentakan dan pukulan untuk mendisiplinkan anak

5. Cara kekerasan dapat melukai hubungan orang tua dengan anak

Mendisiplinkan anak dengan cara yang lembut dan diharapkan anak dapat menghindari perbuatan jelek karena dorongan dalam dirinya bukan karena takut hukuman (external control).

1. Gunakan cara berdiskusi dengan anak untuk memberi nasehat dan pengertia terhadap apa yang dilarang untuk dilakuakan

2. Jangan langsung bersikap reaktif terhadap perbuatan anak.

3. Berilah pilihan terhadap anak anda agar dia merasa dihargai apapun yang anak putuskan.

4. Masukan anak kedalam ruangan selama 5-10 menit agar tidak kembali melakukan kesalahan dan tahu itu sebagai hukuman.

5. Beri apresiasi anak bila berbuat kebaikan.

6. Ajak anak membuat peraturan di rumah dan apa konsekuensinya bila melanggar aturan yang sudah disepakati bersama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar