-->

Rabu, 12 Juli 2017

Aliran Rasa Level 5

Waktu pertama punya anak, ibu mulai belajar parenting dan segala sesuatu tentang anak.

Dan Zidan adalah hasil eksperiment segala stimulasi, bahkan sampai over hehe.

Dulu, ketika membaca aftikel tentang aftikel Glen Doman yang amazing terhadap Bayi Yang Bisa membaca, ibu langsung mempraktekannya. Jika Zidan benar menjawab dirasa merasa bangga, lama - lama anaknya sudah merasa bosan, ibu ganti stimulasi dengan FlashCard berjalan aka Flashcard versi DVD. Alhamdulillahnya Zidan tidak over ibu kasih tontonannya.

Ketika Gibran lahir, ilmu parenting ibu menambah. Ibu tidak ngoyo lagi anak harus bisa membaca dari balita dan ekspektasi ibu tidak tinggi lagi seperti dulu.

Kebetulan waktu Gibran usia 40 hari, ayah mendapat tugas belajar ke luar negeri, kita semua diboyong ikut.
Nah di US ini perjalan literasi bener-benar dimulai.

Pertama-tama ibu sebar semua buku disepanjang bagian rumah, minimal anak lihat dulu intuk memancing minat suka buku dan buku yang dipajang buku-buku besar yang eye cathing, terusterang buku yang kita bawa hanya sedikit buku bahasa.

Selama disana dalam sehari bisa menghabiskan waktu sampai 5 jam untuk membaca buku, setiap anak minta dibacakan ibu ladenin, bukan tanpa sebab karena ibu pengen anak suka buku dan jauh dari TV hehehe

Ditambah Zidan mulai sekolah OL dan menonton tontonan edukasi, Gibranpun sama menyimak apa yang kakaknya pelajari.
Enam bulan menjelang pulang ke Indonesia Gibran sudah muncul kosakata-kosakatanya dan kalo ditanya sudah bisa menjawab.

Berbeda dengan Zidan percakapannya lebih dahulu dan lebih cerewet dalam bidang bahasa Gibran sedikit pendiam.

Tetapi yang bikin Amazing sepulang dari US usia Gibran pun belum genap 2 tahun, sudah bisa membaca. Bahkan ibu tidak tahu kalo hal itu sudah terjadi beberapa bulan sebelumnya.
Pertamakali tahu adalah Gibran bisa membaca adalah sepupunya ketika kita ke Bandung ikut dinas ayah. Di hotel banyak hal yang dibaca Gibran.

Awalnya ibu tidak percaya kalo Gibran bisa membaca. Lapor sama ayahnya. Ayahnya coba tes Gibran dengan bacaan lain ternyata bisa juga disuruh membaca bahasa juga bisa. Akhirnya kita simpulkan bahwa Gibran bisa baca.

Setelah 6 bulan bisa membaca, Zidan termotivasi bila adiknya sudah bisa membaca dan asik sendiri dengan buku, akhirnya dia minta dengan sendirinya untuk belajar baca. Dan prosesnyapun berjalan dengan sangat cepat hanya 1 bulan.

Jadi ingat bahwa semua itu harus balik lagi sama tahapan milestone anak bukan harus dipaksakan seshai dengan keinginan orang dewasa. Gibra mah benar-benar Gift dari Allah.

Dan sekarang yang semakin membanggakan adalah anak-anak suka buku. Dimanapun mereka pergi tidak jauh dari baca buku.
Setelah anak-anak bisa baca buku, kadang ibu tidak percaya apakah mereka benar membaca atau hanya menyimak?

Akhirnya ibu tes pemahaman tentang bacaan mereka. Yang paling amazing tetap Zidan karena usianya sudah matang daya tangkap otaknya berbeda.

Dan berdasarkan hasil psikotes Zidan anak Super, kalo istilah kasarnya orang awam hardwarenya bagus dan cepat memorinya anak-anak super itu. Tinggal install software nya untuk menjalankan programnya
Kalo anak biasa proses belajarnya memakan wakyu sampai 3x anak-anak super belajar 1x sudah cukup itu ibaratnya.

Dan tantangan kemarin yang bikin ibu tidak meneruskan tulisan di pohon literasi adalah celetukan anak pertama, ketika saya bilang A coba tuliskan semua buku yang aa baca setiap hari di daun pohonnya. Anak saya excited mengisi sampai hari ke tiga selebihnya Zidan tidak mau menuliskan lagi dan bilang sama ibu. Bi saya gak suka ditulis-tulis kaya gini, saya sehari bisa lebih dari 10 buku yang dibaca. Ibu merasa tertampar iya juga ya paksain anak harus begini-begitu biat kepentingan tugas ibu.
Akhirnya ibu bebaskan anak-anak baca buku tidak dilaporkan dengan ditulis judul-judulnya dalam pohon literasi.

Yang penting anak-anak semangat dan bergairah dalam proses suka buku, suka membaca dan paham.

Anak-anak unik mereka pintar dengan caranya yang unik, kita sebagai orang dewasa kadang terlalu banyak intervensi terhadap ego kita supaya anak pintar.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar