Sumber: di sini
Disiplin adalah cara untuk mengoreksi atau memperbaiki dan mengajarkan anak tingkah laku yang baik tanpa merusak harga diri anak (tidak boleh membuat anak merasa jelek atau tidak berharga sebagai manusia).
Anak usia dini yang biasa disebut balita memiliki ciri-ciri sebagai berikut: rasa ingin tahu yang besar, senang bertanya, imajinasi yang tinggi, minat yang luas, tidak takut salah, berani mengambil resiko, senang hal-hal baru, senang menjelajah lingkungan dengan bergerak, senang melempar pasir, mendorong teman, merebut mainan dan sulit berbagi dalam berbagai hal.
Disiplin yang akan ditanamkan sejak usia dini dalam hal ini bertujuan untuk:
- Mengajarkan tingkah laku apa yang diharapkan pendidik
- Memberitahu kenapa anak harus melakukan tingkah laku tersebut
- Mengajarkan tingkah laku mana yang tidak diharapkan pendidik
- Memberitahu kenapa anak harus meninggalkan tingkah laku tersebut
- Memberikan gambaran kepada anak bagaimana perasaan pendidik terhadap tingkah laku anak.
Kadang-kadang disiplin diartikan sebagai hukuman (“anak ini harus didisiplinkan” yang artinya “anak ini harus dihukum”). Sebenarnya ada perbedaan yang mendasar antara dua hal tersebut:
Disiplin
1. Mengajarkan anak bagaimana bertingkah laku
2. Membuat anak mengerti kenapa tingkah lakunya salah
3. Tidak merusak rasa percaya diri anak
4. Memberikan kesempatan anak untuk memperbaiki tingkah laku
5. Membuat anak bertanggung jawab atas tingkah lakunya
“Mama tidak tahu apa yang kamu inginkan, tolong katakan dengan baik agar mama tahu”
Hukuman
1. Mengatakan kepada anak bahwa anak buruk
2. Tidak mengajarkan apa yang seharusnya dilakukan anak
3. Membuat anak kadang tidak mengerti hubungan antara hukuman dengan tingkah lakunya yang salah
4. Biasanya tidak ada hubungannya dengan kesalahan anak
“Ayo berhenti nangisnya, nanti mama kurung di kamar mandi! Mama pusing dengar kamu menangis. Kamu ingin apa sih!”
Kiat-kiat sukses dalam mendisiplinkan anak usia dini:
Gunakan komunikasi produktif, yaitu:
a. Gunakan bahasa positif dan ucapkan dengan jelas (tidak bertele-tele)
Contoh: katakan: “semuanya berjalan"
b. KISS (keep information short & simple). Katakan dengan singkat apa yang ingin
disampaikan dengan jelas dan padat
Contoh: katakan:”semuanya duduk ibu akan segera cerita”
c. Jelas dalam mengkritik dan memberikan pujian. Jika anak butuh dikritik maka pisahkan anak dari
tingkah lakunya. Gambarkan dengan jelas kesalahan anak dan katakan apa yang harus dikerjakan.
d. Terimalah perasaan anak. Dengarkan anak tanpa mengkritik dan menilai. Hargai pikiran dan perasaan
anak, bahkan ketika mereka sedang marah atau bertingkah laku negatif. Latih anak untuk
mengungkapkan marahnya dengan lisan daripada memukul atau menggigit.
e. Mendengarkan anak dengan penuh perhatian. Salah satu cara untuk memperbaiki komusikasi adalah
mendengar aktif, jongkok untuk bisa melakukan kontak mata, beri perhatian penuh. Jadilah cermin
dari perasaannya dengan mencari nam bagi perasaannya.
f. Bicaralah dengan ekspresi wajah, bahasa tubuh dan nada suara yang pas. Riset membuktikan bahwa
70%-80% pesan dikirim oleh bahasa tubuh dan nada suara. Buatlah ketiganya pas dengan pesan yang
ingin disampaikan.
g. Kendalikan nada suara. Jangan berteriak atau memanggil dari tempat yang jauh dari anak (3 meter).
Dekati anak dan bicara padanya dengan lembut.
h. Waktu dan keyakinan. Disiplin butuh waktu, maka itu rencanakan setiap hari untuk bicara dan
mendengar anak. Jangan lupa berikan keyakinan pada anak bahwa ibu serius dan peduli pada anak.
1. Penguatan positif
Riset membuktikan bahwa lebih efektif menggunakan penguat positif daripada menggunakan penguat negatif atau hukuman. Hukuman memang menghentikan tingkah laku negatif, namun tidak mengajarkan anak bagaimana memperbaiki tingkah lakunya. Lebih jauh lagi akan menumbuhkan rasadendam dan anak kehilangan harga dirinya.
Penguat positif memberikan kesempatan anak untuk bertingkah laku baik, menumbuhkan rasa percaya diri, memberikan rasa mandiri dan rasa berhasil. Ada beberapa penguat positif yaitu:
a. Penguat sosial berupa senyum, pujian verbal / lisan
b. Penguat kegiatan berupa hak-hak istimewa
c. Penguat primer berupa stiker, bintang balon. Kacang dll
Beberapa teknik yang dapat dilakukan jika anak bertingkah laku negatif:
1. Distraksi (mengalihkan perhatian)
2. Pengarahan positif. Berikan anak tingkah laku alternatif dan ajarkan penyaluran emosi yang bisa diterima
secara sosial dan syar’i
3. Mengingatkan untuk memberi nama pada perasaan anak (verbalisasi perasaan)
4. Konsekuensi logis, yaitu apa yang terjadi harus secara alamiah mengikuti tingkah laku anak. Misalnya
anak merubuhkan balok yang dibangun temannya, maka anak harus membangunnya kembali. Dengan
demikian konsekuensi logis membantu anak untuk melihat adanya hubungan antara tingkah laku anak
dengan dampak tingkah lakunya pada orang lain.
5. Memberi pilihan, membuat anak bertanggung jawab dengan tingkah lakunya. Caranya berikan anak dua
pilihan yang mengarah pada tingkah laku yang diharapkan. Misalnya:”kamu mau membereskan balok
yang kecil dulu atau yang besar dulu?” bukan “kamu mau bereskan balok ini nggak?”.
6. Memberikan sentuhan yang menyenangkan. Usap punggung anak jika anak kelihatan kesal atau tegang.
7. Kontak mata sangat penting. Bahwa setiap kali guru melihat secara langsung pada anak, maka anak
mengurangi tingkah laku negatifnya.
8. Time out, yaitu pengucilan/pengabaian sejenak. Jumlah atau lamanya time-out tergantung usianya, yaitu 1
menit kali usia anak. Jelaskan kepada anak apa kesalahan mereka sehingga anak bisa memikirkannya
ketika berada di ruang time out dan berikan kesimpulan “lain kali ingat kamu….”. Berikan penghargaan
saat anak kembali ke kelompoknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar